Pengendalian Emosi
Beberapa hari lalu melihat bagaimana perjuangan timnas u18 berlaga di piala Aff 2017. Di bawah asuhan indra safri timnas ini menjadi team yang menakutkan karena mampu membuat lawan lawannya kedodoran menghadapinya. Di ujung cerita memasuki semifinal timnas ini harus menghadapi thailand dan mampu membuat timnas thailand kerepotan.
Di ujung babak pertama terjadilah tragedi kartu merah terhadap pemain indonesia yaitu saddil, pemain yang baru saja masuk dan belum genap 3 menit menggantikan feby. Kalau melihat kesalahan mungkin memang pemain thailand dahulu yang mulai memprovokasi dengan menendang saddil tapi mungkin itu tidak terlalu dilihat, dan dibalas sikutan oleh saddil. Tentu saja ini sangat merugikan kita aebagai bangsa indonesia, mengapa? Mengapa pertanyaannya si saddil tidak bisa mengontrol emosi?. Mungkin memang team thailand susah mengetahui kelemahan indonesia yaitu emosi yang cenderung meledak ledak.
Saat team bermain biasa, team lawan akan memancing indonesia dengan provokasi kecil kecil, dan indonesia mungkin harus juga belajar bermain baik dan mampu mengontrol emosi. Baik itu pribadi maupun emosi team.
Emosi pribadi ?
Emosi yang terjadi Karena adanya provokasi terhadap pribadi pemain pemain.
Emosi team ?
Pancingan pancingan terhadap team yang membuat permainan team kocar kacir, atau membuat formasi team berubah dari formasi awalnya.
Jadi skill dan pengetahuan saja tidak cukup, perlu dibarengi dengan attitude. Attitude ( tingkah laku ) yang baik akan memberikan dampak bagi individu maupun team. Maka kadang kita mendengar masalah kompetensi yang dihubungkan dengan ke tiga hal tersebut yaitu ; skill , knowledge dan attitude. Lalu bagaimana orang dikatakan punya kompetensi yang bagus? Atau bagaimana suatu team sepakbola dikatakan sebagai team yang kompeten ( bermental juara kalau di olahraga).
Kita lihat team sepakbola thailand, kalau kita lihat main tidak terlalu bagus dan kemampuan individu di bawah kita. Tapi mereka cenderung bisa mengimbangi indonesia dab kebanyakan menang, mengapa ? Kalau di level internasional kita sering lihat team italia yang kalau main juga tudak terlalu bagus, tapi cenderung selalu masuk 10 besar , mengapa ? Mungkin jawabannya karena mereka punya kompetensi.
Dilanjut nanti lagi !!!
Di ujung babak pertama terjadilah tragedi kartu merah terhadap pemain indonesia yaitu saddil, pemain yang baru saja masuk dan belum genap 3 menit menggantikan feby. Kalau melihat kesalahan mungkin memang pemain thailand dahulu yang mulai memprovokasi dengan menendang saddil tapi mungkin itu tidak terlalu dilihat, dan dibalas sikutan oleh saddil. Tentu saja ini sangat merugikan kita aebagai bangsa indonesia, mengapa? Mengapa pertanyaannya si saddil tidak bisa mengontrol emosi?. Mungkin memang team thailand susah mengetahui kelemahan indonesia yaitu emosi yang cenderung meledak ledak.
Saat team bermain biasa, team lawan akan memancing indonesia dengan provokasi kecil kecil, dan indonesia mungkin harus juga belajar bermain baik dan mampu mengontrol emosi. Baik itu pribadi maupun emosi team.
Emosi pribadi ?
Emosi yang terjadi Karena adanya provokasi terhadap pribadi pemain pemain.
Emosi team ?
Pancingan pancingan terhadap team yang membuat permainan team kocar kacir, atau membuat formasi team berubah dari formasi awalnya.
Jadi skill dan pengetahuan saja tidak cukup, perlu dibarengi dengan attitude. Attitude ( tingkah laku ) yang baik akan memberikan dampak bagi individu maupun team. Maka kadang kita mendengar masalah kompetensi yang dihubungkan dengan ke tiga hal tersebut yaitu ; skill , knowledge dan attitude. Lalu bagaimana orang dikatakan punya kompetensi yang bagus? Atau bagaimana suatu team sepakbola dikatakan sebagai team yang kompeten ( bermental juara kalau di olahraga).
Kita lihat team sepakbola thailand, kalau kita lihat main tidak terlalu bagus dan kemampuan individu di bawah kita. Tapi mereka cenderung bisa mengimbangi indonesia dab kebanyakan menang, mengapa ? Kalau di level internasional kita sering lihat team italia yang kalau main juga tudak terlalu bagus, tapi cenderung selalu masuk 10 besar , mengapa ? Mungkin jawabannya karena mereka punya kompetensi.
Dilanjut nanti lagi !!!
Komentar
Posting Komentar