Hobi dan Cita cita
Waktu masih kecil kita ditanya hobi kita, ada yang hobinya mancing, membaca, menulis, sepakbola, bola volly, memasak, berburu dan mungkin masih banyak lagi. Satu minggu bisa berganti ganti hobi kita, begitu juga cita-cita setiap jam berubah. Namanya juga anak anak. Beda kalau dibilang bapak bapak. Hahaaa ....
Kalau sudah bapak bapak, mungkin tidak ada lagi istilah cita cita mengapa?, karena kalau istilah main bola itu sudah masuk setengah pertandingan. Yang harus dipegang adalah bagaimana apapun dan dimanapun kita berada harus mampu memaksimalkan kemampuan yang kita miliki. Bila kita mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai dengan bakat kita maka bakatilah pekerjaan kita maka kita akan tampil menjadi orang orang yang berbakat.
Akan tetapi bakat bisa timbul karena hobi, dan hobi seseorang tidak lepas dari lingkungan sekitarnya. Kita ambil contoh: hoby main sepakbola di negara argentina, brazil, dan negara amerika latin lainnya melahirkan pemain pemain bola yang dikenal dunia. Karena mereka melihat bola sebagai kebahagiaan. Di amerika dan inggris mereka banyak yang hobi bernyanyi, orang bernyanyi dimana mana, mungkin suara satu, dua dan seterusnya bisa mereka capai sehingga banyak penyanyi penyanyi yang bisa dihasilkan dari sana. Dan banyak lagi contohnya. Lalu bagaimana di indonesia, untuk di indonesia mungkin yang perlu adalah fokus dan jangan terlalu mengikuti tren. Angin ke kanan ikut ke kanan, angin ke kiri ikut ke kiri.
Kalau untuk pribadi mungkin bisa fokus pada suatu bidang. Tapi kalau untuk suatu negara mana mungkin bisa fokus untuk suatu hal. Karena sifat negara itu memayungi, memangku dan menyalurkan apapun isi yang ada dimasyarakat dengan cara mengarahkan apapun hoby masyarakatnya untuk tujuan yang baik.
Loh loh kok ceritanya lari ke negara. Heheee .....ngak papa dong sok iyes dikit gitu.
Kalau cerita hobi lari maka mungkin negara kita sekarang ini sudah mulai menemukan jalannya, walaupun kalau dilihat dari kecepatan larinya masih kelas menengah tapi tetap ada progress. Yang penting ada progress. Karena bagaimanapun yang namanya bernegara itu juga suatu perjalanan yaitu berjalan atau berlari menemukan apa yang diharapkan oleh hati dan jiwa bangsa kita.
Berarti ngak ada finishnya dong? Ya tentu tidak namanya perjalanan ya jalan jalan aja. Namanya hobi jalan jalan kalau istilah sekarang travelling.
Bukan trenggiling ( nama binatang ).
Terus mengapa hobi bangsa kita tidak berkembang?. Ya itu tadi karena kita hidup cenderung mengikuti tren. Kapan rame nyanyi maka nyanyiiii ..... Semua yang lain dimatikan. Kapan ramai nya sepakbola maka sepakbolaaaaaaa ..... Semua yang lain ditinggalkan. Bahkan kadang kadang yang nyanyi dikursuskan menyanyi, yang sepakbola dikursuskan atau dimasukkan ke sekolah bola. Eh kapan masanya redup pada berhenti semua.
Coba kalau kita bisa melihat potensi anak kita cenderungnya apa yang disukainya ? Bila suatu provinsi maka apa potensi yang cenderung di provinsi tersebut baik itu olahraga, budaya, dan potensi alamnya. Apa sih yang menonjol. Saya tulis dengan huruf nesar APA SIH YANG MENONJOL ?
Thanks
Mr. Siswadi Kurniawan
Kalau sudah bapak bapak, mungkin tidak ada lagi istilah cita cita mengapa?, karena kalau istilah main bola itu sudah masuk setengah pertandingan. Yang harus dipegang adalah bagaimana apapun dan dimanapun kita berada harus mampu memaksimalkan kemampuan yang kita miliki. Bila kita mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai dengan bakat kita maka bakatilah pekerjaan kita maka kita akan tampil menjadi orang orang yang berbakat.
Akan tetapi bakat bisa timbul karena hobi, dan hobi seseorang tidak lepas dari lingkungan sekitarnya. Kita ambil contoh: hoby main sepakbola di negara argentina, brazil, dan negara amerika latin lainnya melahirkan pemain pemain bola yang dikenal dunia. Karena mereka melihat bola sebagai kebahagiaan. Di amerika dan inggris mereka banyak yang hobi bernyanyi, orang bernyanyi dimana mana, mungkin suara satu, dua dan seterusnya bisa mereka capai sehingga banyak penyanyi penyanyi yang bisa dihasilkan dari sana. Dan banyak lagi contohnya. Lalu bagaimana di indonesia, untuk di indonesia mungkin yang perlu adalah fokus dan jangan terlalu mengikuti tren. Angin ke kanan ikut ke kanan, angin ke kiri ikut ke kiri.
Kalau untuk pribadi mungkin bisa fokus pada suatu bidang. Tapi kalau untuk suatu negara mana mungkin bisa fokus untuk suatu hal. Karena sifat negara itu memayungi, memangku dan menyalurkan apapun isi yang ada dimasyarakat dengan cara mengarahkan apapun hoby masyarakatnya untuk tujuan yang baik.
Loh loh kok ceritanya lari ke negara. Heheee .....ngak papa dong sok iyes dikit gitu.
Kalau cerita hobi lari maka mungkin negara kita sekarang ini sudah mulai menemukan jalannya, walaupun kalau dilihat dari kecepatan larinya masih kelas menengah tapi tetap ada progress. Yang penting ada progress. Karena bagaimanapun yang namanya bernegara itu juga suatu perjalanan yaitu berjalan atau berlari menemukan apa yang diharapkan oleh hati dan jiwa bangsa kita.
Berarti ngak ada finishnya dong? Ya tentu tidak namanya perjalanan ya jalan jalan aja. Namanya hobi jalan jalan kalau istilah sekarang travelling.
Bukan trenggiling ( nama binatang ).
Terus mengapa hobi bangsa kita tidak berkembang?. Ya itu tadi karena kita hidup cenderung mengikuti tren. Kapan rame nyanyi maka nyanyiiii ..... Semua yang lain dimatikan. Kapan ramai nya sepakbola maka sepakbolaaaaaaa ..... Semua yang lain ditinggalkan. Bahkan kadang kadang yang nyanyi dikursuskan menyanyi, yang sepakbola dikursuskan atau dimasukkan ke sekolah bola. Eh kapan masanya redup pada berhenti semua.
Coba kalau kita bisa melihat potensi anak kita cenderungnya apa yang disukainya ? Bila suatu provinsi maka apa potensi yang cenderung di provinsi tersebut baik itu olahraga, budaya, dan potensi alamnya. Apa sih yang menonjol. Saya tulis dengan huruf nesar APA SIH YANG MENONJOL ?
Thanks
Mr. Siswadi Kurniawan
Komentar
Posting Komentar