Rumus Dunia 1
Kemana kamu mau mengejar kehidupan ini, maka dia akan terus berlari dengan lebih kencang. Tidak tentu kemana ia berlari maka kau kejar pun tak akan ada habisnya bila tujuan nya adalah dunia. Banyak teori yang di buat untuk mencari kebahagiaan dunia dan yang benar itu adalah teorimu sendiri karena dunia ini mempunyai caranya sendiri dalam kehidupannya. Jangan jangan di dunia ini juga ada yang dikejar ya. Jadi kita mengejarnya, dia mengejar yang lain.
Ada yang orang sudah kaya raya, tapi kalau kita lihat kerjaannya ngutang aja kaya ngak kaya kaya. Dan bahkan berbagi aja ngak. Kita yang lihat mereka sampai dongak (menengadahkan kepala) tapi mereka merasa masih miskin aja. Kalau logikanya kan yang tidak mampu bayar sekolah, pekerjaan tidak tetap, tidak punya penghasilan harian itu yang ngutang sana sini. Tapi di masyarakat yang korupsi dan lain lain ya bukan yang miskin tapi yang kaya. Dan ngak tanggung tanggung milyaran.
Kalau jadi pejabat terus yang terjadi bukan niat korupsi, tapi hanya kebijakan yang sudah dipikirkan tapi masih kurang tepat saya kira itu tidak masalah. Tapi terkadang yang terjadi adalah kebijakan yang diarahkan. Diarahkan ke arah kepentingannya dan usahanya. Karena kadang terjadi juga orang yang baik tapi tidak menguasai sistem, maka yang terjadi adalah kebijakannya salah atau terjadi pembiayaan yang tidak tepat sasaran. Dan juga ada juga kebijakan yang berpotensi merugikan keuangan negara. Ini juga pernah terjadi di negara kita.
Kalau kita berjalan jalan di jalan raya baik itu di jalan kita maupun jalan di kampung, kita akan melihat banyak sekali calon calon anggota legislatif dengan berbagai jargonnya. Yang kadang kita lucu ada jargon mati kita naikkan pendapatan petani kita ( kalau di kampung). Terus kita cek caleg ini, sejak kapan dia jadi petani, atau berkecimpung di pertanian, atau mungkin jadi anggota organisasi petani. Jangan jangan satu dua bulan sebelum nyaleg atau paling lama satu tahun sebelum pencalonan.
Jadi kalau dikampung ada jargon "Kalau tiba tiba ada orang yang ramah sama kamu, ngaku masih temanlah, masih saudara lah dan lain lain jangan jangan dia mau NYALEG". Padahal kadang kalau ketemu ngak pernah menegor dan lain lain.
Adalagi fenomena bapak jadi bupati anaknya jadi bupati di tempat lain. Bapak jadi gubernur anak jadi bupati. Bapak jadi gubernur istri jadi bupati dan ada jadi anggota DPR. Dan itu itu saja. Dan masih keluarga semua. Kita bisa lihat di daerah kita masing masing siapakah yang menjadi pejabat nya. Itu itu saja sehingga muncul istilah " Lo lagi Lo lagi ". Saya kira ini muncul karena belum ada kesadaran berdemokrasi yang baik di masyarakat.
Apa maksudnya?. Maksudnya adalah kita jarang menimbang nimbang calon dari kemampuannya, kita cenderung melihat dari silsilah dan kalau tidak dari yang paling banyak sumber daya uangnya. Makanya jarang kita melihat fenomena orang orang baru yang ahli muncul. Yang jadi dan muncul cenderung mantan mantan pejabat dan anak pejabat dan kemudian disusul oleh para pemilik modal yang mencalonkan diri.
Memang demokrasi kita masih muda, tapi tidak masalah mungkin ke depan kita menjadi lebih dewasa sehingga persaingan tidak menyebabkan permusuhan dan persaingan bukan persaingan massa tapi persaingan ide dan gagasan. Memang kalau kita lihat debat presiden di USA kita bisa melihat begitu berbobotnya pertanyaan dan jawabannya. Berbeda dengan di tempat kita. Tapi saya kira sudah dimulai dengan baik di tempat kita.
Mari kita jaga dan lanjutkan demokrasi ini menjadi lebih baik.
Fenomena Orang Kaya Baru.
Ada istilah buah dilihat dari akarnya kadang ada benarnya juga, dimana mana orang yang kaya di masyarakat itu cenderung dahulu dahulunya merupakan orang kaya di daerah itu. Mungkin kalau selip hanya selisih satu generasi saja yang tidak kaya, kemudian akan dilanjutkan ke generasi berikutnya normal lagi. Mengapa demikian, Karena semua itu ada koneksinya dimana jalur ekonomi yang sudah pernah dibangun mungkin tidak hilang begitu saja, dan orang lebi percaya kepada orang yang pernah kaya untuk pegang uang dari pada orang yang baru kaya.
Kita lihat orang terkaya di Indonesia dahulu pak Lim yang kemudian bangkrut, tak lama kemudian anaknya yang pegang lama kelamaan mulai naik lagi dan sekarang bisa muncul dan naik menjadi deretan orang kaya di Indonesia dengan jangka waktu hanya 20 tahunan dari keruntuhan tahun 1999 sekarang di tahun 2023 bisnisnya sudah kuat kembali dan merambah ke berbagai sektor.
Bagaimana orang orang di sekitar anda. Apakah anda melihat juga hal yang demikian ?. Saya kira kalau kita objektif kita akan menemukan hal yang sama. Yang menjadi PR kita sebagai anak bangsa adalah bagaimana ada keseimbangan dan transfer pengetahuan yang cepat yang memudahkan kita bisa saling tumbuh secara bersama sama dan menikmati kekayaan alam ini bersama.
Pendidikan Yang Mahal
Untuk pintar perlu modal mungkin itu jargonnya. Terus kalau pintar untuk apa. Toh banyak yang sekolah ngak tinggi tinggi bisa ekonominya mapan. Memang kalau pertanyaan ini dibalik seperti itu unik juga karena memang ada kenyataan kenyataan seperti itu. Tapi yang pasti logikanya seperti ini. Bila kita menyekolahkan 10 anak tentu paling tidak yang pintar 7 orang yang bodoh 3 orang dari hasil pendidikan, dan yang berhasi paling 5 orang. Lalu kita bandingkan dengan 10 orang yang tidak disekolahkan paling tidak 5 yang pintar dan 5 yang bodoh, dan yang berhasil 1 atau 2 orang. Dan itu lumrah.
Artinya pendidikan itu paling tidak memberikan modal untuk masyarakat sebagai bekal atau jembatan untuk menghadapi tantangan masa depan. Daripada tidak punya bekal Sama sekali.
Fenomena yang unik sekarang adalah kalau dahulu banyak dari kita yang mengejar bagaimana bisa sekolah negeri daripada swasta, tapi kalau sekarang terbalik banyak yang mengejar sekolah swasta daripada negri karena selain biayanya juga sama sama mahal, swasta pendidikannya lebih kompetitif dari pendidikan negri.
Orang Dewasa dan Anak anak, dunia dari sudut pandang anak anak, anak anak tidak memiliki kewajiban membayar pajak, mereka dilindungi orang tua mereka dan masyarakat serta bisa menghabiskan hari tanpa beban. Mereka dapat melakukan apapun yang mereka mau tanpa harus melihat dampak yang ditimbulkan. Ya namanya anak anak, bebas dan bahagia. Tapi ketika mulai beranjak dewasa mereka mulai melihat dunia dalam wujud yang sesungguhnya, dunia yang banyak tuntutan dan kebutuhan.
Sebenarnya kita hidup dalam dunia yang subjektif, artinya walaupun kita hidup dalam satu negara yang sama atau satu tempat yang sama, tapi dunia yang kita lihat dengan orang lain akan berbeda, karena kita memaknai hal ini masing masing berbeda.
Komentar
Posting Komentar