Minyak Sawit, Market dan positioning
Minyak sawit dalam dua tahun ini mengalami penurunan gaungnya. Boleh jadi memang mungkin hukum ekonominya berjalan atau hal lainnya.
Hukum ekonominya seperti penawaran dan permintaan. Jumlah produksi sawit indonesia yang meningkat dengan lahan yang diperkirakan sudah mencapai 10 jt ha 2015. Dan diestimasi mencapai 20 jt ha di thn 2020. Apakah ini diimbangi dengan permintaan yang juga linier kenaikannya.
Karena di samping minyak sawit ada produk lain seperti minyak kedelai dan bunga matahari yang sama sama minyak nabati yang saling berkompetisi di pasar global. Tidak kurang terkadang menggunakan black campaign satu sama lainnya. Black campaign terhadap minyak sawit banyak kita dengar seperti sebagai salah satu penyebab global warming. Tidak ramah lingkangan dan beberapa lainnya. Tentu hal tersebut tidak serta merta kita abaikan karena juga perlu data untuk membatahnya.
Sebagai produsen sawit perusahaan perusahaan sawit tentu tidak mau terus bergelut dalam market yang itu itu saj, yang juga bisa dimasuki oleh komoditas lain. Belakangan usaha mengatasi kelesuan pasar akan komoditas minyak sawit sedikit menemukan celahnya dengan adanya biodiesel dari minyak sawit. Tentu bila ini bisa terealisasi dengan baik, tentu keberadaan biodiesel dari minyak sawit bisa lebih aman karena renewable karena berasal dari tumbuhan dan tidak habis habis.
Berbeda dengan bahan bakar fossul yang punya waktu dan masa ekslorasi.
Data sampai saat ini produksi biodiesel belum mencapai 1% dari kebutuhan minyak dunia. Dan bilapun dimaksimalkan dari total mingak sawit yang ada belum juga akan mencukupi 10% minyak dunia. Tapi tentu tidak mengapa Paling tidak sawit bisa menemukan positioningnya di pasar global dan bisa terus menghasilkan dan lebih penting lagi bisa membantu negara negara berkembang keluar dari kemiskinan, karena industri sawit induatri yang padat karya alias banyak karyawan di kebunnya.
Hukum ekonominya seperti penawaran dan permintaan. Jumlah produksi sawit indonesia yang meningkat dengan lahan yang diperkirakan sudah mencapai 10 jt ha 2015. Dan diestimasi mencapai 20 jt ha di thn 2020. Apakah ini diimbangi dengan permintaan yang juga linier kenaikannya.
Karena di samping minyak sawit ada produk lain seperti minyak kedelai dan bunga matahari yang sama sama minyak nabati yang saling berkompetisi di pasar global. Tidak kurang terkadang menggunakan black campaign satu sama lainnya. Black campaign terhadap minyak sawit banyak kita dengar seperti sebagai salah satu penyebab global warming. Tidak ramah lingkangan dan beberapa lainnya. Tentu hal tersebut tidak serta merta kita abaikan karena juga perlu data untuk membatahnya.
Sebagai produsen sawit perusahaan perusahaan sawit tentu tidak mau terus bergelut dalam market yang itu itu saj, yang juga bisa dimasuki oleh komoditas lain. Belakangan usaha mengatasi kelesuan pasar akan komoditas minyak sawit sedikit menemukan celahnya dengan adanya biodiesel dari minyak sawit. Tentu bila ini bisa terealisasi dengan baik, tentu keberadaan biodiesel dari minyak sawit bisa lebih aman karena renewable karena berasal dari tumbuhan dan tidak habis habis.
Berbeda dengan bahan bakar fossul yang punya waktu dan masa ekslorasi.
Data sampai saat ini produksi biodiesel belum mencapai 1% dari kebutuhan minyak dunia. Dan bilapun dimaksimalkan dari total mingak sawit yang ada belum juga akan mencukupi 10% minyak dunia. Tapi tentu tidak mengapa Paling tidak sawit bisa menemukan positioningnya di pasar global dan bisa terus menghasilkan dan lebih penting lagi bisa membantu negara negara berkembang keluar dari kemiskinan, karena industri sawit induatri yang padat karya alias banyak karyawan di kebunnya.
Komentar
Posting Komentar